siaran pers Manfaatkan teknologi satelit untuk lindungi gajah Sumatra
PT CPI serahkan bantuan GPS collar dan camera trap
Jakarta, 13 Oktober 2020 – Pergerakan kelompok-kelompok gajah di kantong habitat Balai Raja, Giam Siak Kecil, dan Petapahan di Provinsi Riau bakal dapat dipantau secara real time. Langkah progresif ini menyusul bantuan sistem navigasi berbasis satelit berupa tiga GPS Collar yang diserahkan PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Dengan mengalungkan alat tersebut, pergerakan kawanan gajah dapat dipantau melalui satelit sehingga potensi konflik dengan manusia dapat dimitigasi secara dini.Serah terima bantuan GPS Collar tersebut dilakukan oleh Sr. VP Corporate Affairs PT CPI Wahyu Budiarto kepada Kepala BBKSDA Riau Suharyono melalui sebuah acara semivirtual yang digelar di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Selasa (13/10). Acara tersebut juga disaksikan oleh Dirjen Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ir. Wiratno, M.Sc, Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE) Ir. Asep Sugiharta, M.Sc, dan Senior Manager Pertanahan SKK Migas Farida. Selain tiga GPS Collar, juga diserahkan bantuan alat kegiatan konservasi lainnya berupa 18 camera trap.
"Terobosan ini diharapkan mampu mengurangi kerentanan hidup Gajah Sumatra dan satwa liar lainnya akibat konflik maupun perburuan manusia," ujar Wahyu Budiarto. Bantuan peralatan ini merupakan bagian dari kerja sama multipihak antara KLHK, PT CPI, dan Perkumpulan Gajah Indonesia (PGI) dalam upaya penyelamatan Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus). "Kerja sama penyelamatan Gajah Sumatra ini selaras dengan salah satu nilai perusahaan kami, yakni Melindungi Manusia dan Lingkungan," lanjut Wahyu Budiarto.
Dirjen KSDAE Wiratno mengharapkan kerja sama multipihak ini dapat menjadi model konservasi Gajah Sumatra di daerah lainnya. Upaya konservasi seperti ini harus menjadi gerakan bersama, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. "Bantuan GPS Collar dan camera trap ini adalah bentuk kepedulian dari berbagai pihak termasuk private sector (sektor swasta, Red.) tentang keselamatan satwa liar kebanggaan kita. Saya mengucapkan terima kasih kepada BBKSDA Riau dan tim bersama mitra-mitra dan berharap kita dapat memonitor pergerakan gajah secara langsung," tutur Wiratno dalam arahannya.
Nota Kesepahaman di antara para pihak ditandatangani pada Februari 2020 lalu. Di samping pemasangan GPS Collar dan camera trap, kerja sama tersebut juga mencakup pemantauan populasi dan pembinaan habitat khususnya di Hutan Talang yang berada di area yang dikelola oleh PT CPI.
"Kantong habitat gajah di Balai Raja, Giam Siak Kecil, dan Petapahan adalah kantong habitat yang penting karena memiliki jumlah gajah yang banyak dan pergerakannya yang cukup jauh. Kita mengetahui tingkat konflik gajah dengan manusia di lanskap Balai Raja sangat tinggi. Diharapkan dengan pemasangan GPS Collar ini dapat membantu untuk menangani konflik tersebut dengan lebih baik,” papar Ketua PGI Donny Gunaryadi.
Kegiatan pemasangan ketiga GPS Collar tersebut direncanakan pada akhir Oktober 2020. GPS Collar akan dikalungkan di leher gajah dewasa dominan di kelompoknya. Pergerakan kelompok gajah akan terpantau setiap harinya. Data pergerakan gajah, selain digunakan sebagai alat deteksi dini, juga dapat dianalisis sebagai dasar perencanaan konservasi gajah di masa mendatang.
Untuk camera trap, sebagian dipasang di area perlintasan gajah dan sebagian lainnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung program pelestarian satwa-satwa liar di Riau, seperti harimau, macan dahan, beruang, dan lain-lain. Sebagai pelaksana program, PGI juga menggandeng Rimba Satwa Foundation (RSF) sebagai mitra konservasi di tingkat lokal. Tim patroli gabungan RSF dan BBKSDA Riau secara rutin melakukan penyisiran area jelajah gajah dari ancaman kematian langsung seperti jerat, pagar listrik, racun, dan perburuan.
Kelompok gajah yang menjadi prioritas saat ini adalah kelompok Balai Raja dan Petapahan. Populasi kelompok Balai Raja diperkirakan 25 ekor di mana sebagian lainnya berada di Giam Siak Kecil.
Di kawasan Balai Raja, habitat gajah dengan tutupan hutan yang memadai hanya tersisa 200 hektar di Hutan Talang yang dikelola oleh PT CPI. Pembinaan habitat di Hutan Talang akan dijalankan melalui pembersihan gulma dan pembuatan blok mineral untuk meminimalisasi intensitas konflik di kebun masyarakat.
Kawanan gajah tersebut juga sering melintasi perumahan karyawan PT CPI di Duri. Namun, karena perlintasan gajah di perumahan itu terpelihara dengan baik, konflik dengan para penghuni dapat dihindari. Karyawan PT CPI juga telah dibekali pemahaman tentang apa yang harus dilakukan ketika berjumpa dengan kawanan satwa yang dilindungi tersebut.
Sementara itu, kelompok Petapahan diperkirakan 11 ekor yang menjelajah area Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas dan Taman Hutan Rakyat Sultan Syarif Hasim (Tahura SSH).
Penyelamatan Gajah Sumatra ini merupakan bagian dari program investasi sosial PT CPI di bidang lingkungan. Program-program lainnya di antaranya Program Bank Sampah di Pekanbaru, Bengkalis, dan Siak bekerja sama dengan Universitas Lancang Kuning; konservasi mangrove bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN); serta Program Desa Peduli Gambut di Siak dan Rokan Hilir bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG).